Orangberiman selalu mendapat ujian Allah Apakah kamu pernah mengalami? jelaskan! - 36238519. rindrioktivinia rindrioktivinia 24.11.2020 B. Arab Sekolah Menengah Atas terjawab Orang beriman selalu mendapat ujian Allah Apakah kamu pernah mengalami? jelaskan! 2 Lihat jawaban Iklan
This study aims to explain i how the nature of calamity in the Qur'an; ii what is the attitude of mankind towards calamity according to the Qur'an; and iii how to deal with calamity according to the Qur'an. This study uses the mawdu'i thematic method with a qualitative descriptive approach. The results showed that i the calamity in the Qur'an with all its derivations boils down to an unexpected event and can mean positive or negative; ii According to the Qur'an, in general, the attitude of man is facing and responding to calamity determined by God there are two attitudes 1 the attitude of the man that is only in accordance with his own personal desires, and 2 the attitude of the praiseworthy man, namely al-Mukhbitun. This last attitude is the characteristic of a true believer who gets good news from God; iii the solution to the calamity according to the Qur'an is inferred on the awareness to immediately return to God through repentance for all sins that can invite calamity and hasten to do righteous deeds, and be patient and rely on Allah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Vol. 6, No. 2, Januari 2022* Correspondence, Staf pada Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab STIBA Makassar, Indonesia, Jalan Inspeksi PAM, Manggala, Makassar, Indonesia, 2527-7251e-ISSN 2549-9262DOI dalam Perspektif Al-Qur’anMuhammad Ikhsan*Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab STIBA Makassar, Indonesiaemail muhikhsan Iskandar*Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab STIBA Makassar, Indonesiaemail study aims to explain i how the nature of calamity in the Qur’an; ii what is the aitude of mankind towards calamity according to the Qur’an; and iii how to deal with calamity according to the Qur’an. This study uses the mawdu’i thematic method with a qualitative descriptive approach. The results showed that i the calamity in the Qur’an with all its derivations boils down to an unexpected event and can mean positive or negative; ii According to the Qur’an, in general, the aitude of man is facing and responding to calamity determined by God there are two aitudes 1 the aitude of the man that is only in accordance with his own personal desires, and 2 the aitude of the praiseworthy man, namely al-Mukhbitun. This last aitude is the characteristic of a true believer who gets good news from God; iii the solution to the calamity according to the Qur’an is inferred on the awareness to immediately return to God through repentance for all sins that can invite calamity and hasten to do righteous deeds, and be patient and rely on calamity, Qur’an, repentanceAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hakikat musibah dalam Al-Qur’an; bagaimana sikap manusia terhadap musibah menurut Al-Qur’an; dan bagaimana solusi menghadapi musibah menurut Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode maudhu’i tematik dengan pendekatan Jurnal STUDIA QURANIKA 184 Muhammad Ikhsan, Azwar Iskandardeskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musibah di dalam Al-Qur’an dengan semua derivasinya bermuara pada suatu kejadian yang tidak disangka-sangka dan dapat bermakna positif ataupun negatif; menurut Al-Qur’an, secara umum sikap manusia dalam menghadapi dan menanggapi musibah yang ditetapkan Allah itu ada dua sikap sikap manusia yang hanya sesuai dengan hawa nafsu dan keinginan pribadinya masing-masing, dan sikap manusia yang terpuji, yaitu al-Mukhbitun. Sikap yang terakhir inilah karakterististik mukmin sejati yang mendapatkan kabar gembira dari Allah; solusi menghadapi musibah menurut Al-Qur’an tersimpul pada kesadaran untuk segera kembali kepada Allah melalui taubat atas semua dosa yang dapat mengundang musibah dan bersegera melakukan amal saleh; berupa salat, sabar dan bersandar sepenuhnya kepada kunci musibah, Al-Qur’an, taubatPendahuluanKehidupan dunia adalah ketidakabadian dan ketidakstabilan. Ia ibarat roda yang terus berputar dan tidak pernah diam. Hari ini ia berada di atas, namun esok hari tiba-tiba ia telah berada di titiknya yang paling bawah. Hari ini ia membuat manusia tersenyum, dan tiba-tiba saja ia telah membuatnya menangis penuh kesedihan. Kelahiran yang membahagiakan, selalu diikuti dengan kematian yang menyedihkan. Kelapangan yang menyenangkan, selalu diikuti dengan himpitan yang menyengsarakan, atau setidaknya peradaban manusia memiliki banyak contoh dan bukti, bagaimana suatu bangsa, masyarakat atau bahkan individu yang mengalami siklus kehidupan seperti itu. Tiba-tiba saja banjir membandang, bumi bergoyang, gunung meletus, air laut pasang hingga menghabisi daratan, dan sederetan peristiwa-peristiwa besar lainnya. Atau dalam skala yang lebih kecil seperti rumah terbakar, harta benda dijarah orang, keluarga yang sakit keras, atau usaha yang di ambang kebangkrutan. Kita biasa menyebutnya dengan istilah “musibah”.11 Ali bin Nayif al-Syuhud, Mausu’ah Fiqh al-Ibtila’, jilid 1, Kairo Dar al-Salam Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 185Jika menelaah Al-Qur’an, kata “musibah”, yang berasal dari akar kata “as}āba” beserta derivasinya disebutkan sebanyak 77 kali. Khusus untuk kata “musibah” disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 10 Hal ini menunjukkan bahwa kata tersebut memiliki nilai yang penting bagi manusia. Sebagai contoh, kata “musibah” dikemukakan dalam surat al-Tagābun 11, Artinya Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dalam menjelaskan ayat di atas, Ibnu Kasir mengemukakan bahwa Allah menyatakan tiada sesuatu pun yang terjadi di alam ini melainkan dengan kehendak dan kekuasaan Allah swt., sedangkan siapa yang beriman kepada Allah pasti ia akan rela pada putusan Allah baik pada qad}ā’ maupun takdir-Nya, dengan iman itulah hati akan mendapatkan ketenangan, karena ia telah yakin bahwa yang dikehendaki tidak akan dalam pengertian ujian yang diberikan Allah swt. kepada manusia, tidak hanya berupa penderitaan saja, tetapi bisa jadi berupa kebaikan, sebagaimana ditegaskan dalam al-Anbiyā 35, 1413 H, p. Muhammad Fu’ad Abd. al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim, Beirut Dar al-Ma’rifah, 1992, p. Awaliah, Lia, and Muhammad Alif. “Musibah dalam Perspektif Hadis.” Holistic Al-Hadis 5, no. 2 2019 68-91. Jurnal STUDIA QURANIKA 186 Muhammad Ikhsan, Azwar IskandarArtinya Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kami lah kamu di atas menjelaskan bahwa ujian Allah bisa berupa keburukan dan kebaikan, keduanya adalah berasal dari Allah swt. Ujian ini akan memberikan motivasi untuk meningkatkan keimanan kepada Allah swt. bagi mereka yang benar-benar taat Sebagai contoh, seseorang yang diberikan anugerah kebaikan, seperti mendapat jabatan yang tinggi, harta yang banyak, boleh jadi seseorang itu akan semakin dekat kepada Allah swt., dan tak menutup kemungkinan ia juga boleh jadi semakin menjauh dari Allah swt., dari ujian yang diberikan tentang musibah bukan hal yang baru, ada beberapa kajian terdahulu yang telah membahas tentang tema ini. Diantaranya “Musibah dalam Perspektif al-Qur’an” dikaji dengan metode tafsir tematik yang menyimpulkan bahwa musibah merupakan ujian taraf keimanan terhadap Allah Kemudian, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Musibah Pandemi Covid-19” dengan merujuk kepada tafsir Ibnu Katsir menerangkan bahwa terjadinya musibah sudah kehendak Allah SWT, dan sikap sebagai seorang manusia harus bersabar dalam menghadapi musibah Dan “Agama di Tengah Musibah” yang mengkaji buku Haidar Bagir sebagai bacaan yang relevan dalam menghadapi pandemi, sebagai penganut 4 Darmawan, Candra. “Musibah Di Era Modern Dalam Perspektif Pemikiran Quraish Shihab.” Yonetim Jurnal Manajemen Dakwah 1, no. 1 2018 Rusli, Abdul Rahman. “Musibah dalam Perspektif Alquran Studi Analisis Tafsir Tematik.” Journal Analytica Islamica 1, no. 1 2012 Rusli, Abdul Rahman. “Musibah dalam Perspektif Alquran” Sasa Sunarsa,”Tinjauan Hukum Islam terhadap Musibah Pandemi Covid-19 dan Implikasinya pada sikap Umat dalam Menghadapi Wabah Covid-19” Mutawasith Jurnal Hukum Islam, Vol. 4. No. 01, 2021 1-18. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 187Agama dalam menghadapi musibah sebagai wahyu ilahi yang diturunkan untuk memberikan panduan dan pegangan dalam setiap momen kehidupan manusia, tentu saja memiliki panduan dalam menyikapi setiap musibah yang terjadi. Al-Qur’an tentu juga memiliki gambaran tentang bagaimana musibah itu. Atas dasar itulah, maka penelitian ini bermaksud untuk menelusuri lebih jauh dan dalam bagaimana sesungguhnya musibah dalam perspektif Al-Qur’an. Diharapkan dengan meneliti semua ayat Al-Qur’an yang memuat kata “musibah” dalam semua variannya, dapat disimpulkan dan dirumuskan sebuah konsep yang utuh tentang “musibah” sesuai dengan perspektif Al-Qur’ latar belakang tersebut, rumusan masalah utama penelitian ini adalah “bagaimana musibah dalam perspektif Al-Qur’an dan bagaimana solusi Al-Qur’an dalam menghadapi musibah tersebut?”. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan i bagaimana hakikat musibah dalam Al-Qur’an; ii bagaimana sikap manusia terhadap musibah menurut Al-Qur’an; dan iii bagaimana solusi menghadapi musibah menurut Al-Qur’ ini menggunakan metode maudhu’i tematik dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Dengan metode ini, ayat-ayat yang mengandung kata “musibah” dengan semua bentukannya dikumpulkan untuk dianalisa dan diambil kesimpulannya. Setelah itu, ayat-ayat tersebut diklasikasikan sesuai dengan tema-tema kecil yang dikandungnya. Penjelasan terhadap ayat-ayat tersebut diupayakan sepenuhnya dengan merujuk kepada penjelasan dan tafsir para ulama tafsir terhadap ayat-ayat yang terkait. 8 Raudatul ulum Ruksin, “Agama di Tengah Musibah” Harmoni, Vol 19, No. 1, 2020. Jurnal STUDIA QURANIKA 188 Muhammad Ikhsan, Azwar IskandarDefinisi MusibahKata “musibah” secara bahasa adalah berasal dari kata kerja yang berarti datang dengan yang benar/tepat dan menginginkan kebenaran. Dalam bahasa Arab, kata ini juga digunakan untuk lemparan anak panah yang tepat mengenai Kata tersebut berasal dari kata al-s}aub yang bermakna 1 jatuh dari atas ke bawah al-ins}ibāb, dan 2 kebenaran/ketepatan al-s}awab.10 Kata ini kemudian -menurut al-Ragib al-Asfahani- digunakan untuk pengertian bahaya, celaka, atau bencana dan Al-Qurthubi mengatakan, 12ArtinyaMusibah ialah apa saja yang menyakiti dan menimpa diri orang mukmin, atau sesuatu yang berbahaya dan menyusahkan manusia meskipun kecil. Untuk menguatkan pengertian tersebut, al-Qurṭūbī mengemukakan hadis yang diriwayatkan oleh Ikrimah bahwa lampu Nabi Saw. pernah mati pada suatu malam. Lalu, beliau membaca, “innā lillāhi wa innā ilaihi rājiūn sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami kembali”. Para sahabat bertanya, “Apakah ini termasuk musibah, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Ya, apa saja yang 9 Muhammad bin Mukram bin Manzur, Lisan al-Arab, jilid 1, Cetakan 2 Beirut, Dar Sadir, 1408 H, p. 534 10 Muhammad bin Muhammad al-Zabidi, Taj al-Arus min Jawahir al-Qamus, jilid 1, Cetakan 3 Dar Ihya’ al-Turas al-Arabi, 1409 H, Al-Ragib al-Isfahani, Mufradat Gharib al-Qur’an, Beirut Dar al-Fikr, p. Muhammad bin Ahmad al-Qurtubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, jilid 2, Cetakan 3, Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1410 H, p. 174-175. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 189menyakiti orang mukmin disebut musibah.”13Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, kata “musibah” dimaknai sebagai 1 kejadian/peristiwa menyedihkan yang menimpa, dan 2 malapetaka dan Sementara Quraisy Syihab menjelaskan bahwa “musibah” pada mulanya berarti “sesuatu yang menimpa atau mengenai”. Sebenarnya, sesuatu yang menimpa itu tidak selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan sesuatu yang baik. Memang, kata musibah konotasinya selalu buruk, tetapi boleh jadi apa yang kita anggap buruk itu, sebenarnya baik, maka Al-Qur’an menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan buruk al-Baqarah 216.15Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Musibah adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan terjadi di luar dugaan manusia dan kejadian tersebut dapat berupa kesusahan atau kesenangan. Akan tetapi, pada umumnya masyarakat lebih memahami makna musibah sebagai hal yang buruk, padahal sesuatu yang dianggap buruk itu sebenarnya ada nilai baik karena di balik keburukan terdapat hikmah atau pelajaran yang dapat diambil. Musibah itu secara kebahasaan mengandung dua makna, yaitu 1 berasal dari atas turun ke bawah; dan 2 mengenai dengan tepat/benar. Dari dua makna ini dapat pula dikatakan bahwa setiap musibah itu pada dasarnya berasal dan ditakdirkan oleh Yang Maha Tinggi, 13 Riwayat hadis ini belum berhasil ditemukan oleh peneliti. Al-Qurtubi sendiri tidak menjelaskan status riwayat hadis ini. Karena itu ia mengatakan bahwa makna hadis ini sesuai dengan hadis sahih yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda yang artinya “Tidaklah seorang mukmin ditimpa kesulitan, kepayahan, sakit, kesedihan bahkan kegelisahan yang mengganggunya melainkan itu menjadi penghapus bagi dosa-dosanya.” Lih. Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Shahih Muslim, jilid 12 Cetakan 5 Dar al-Malayin, Beirut, 1415 H, p. 467. 14 Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan 10, Jakarta Balai Pustaka, 2000, p. M. Quraisy Syihab, Tafsir al-Misbah, jilid 1, Cetakan 2, Jakarta Lentera Hati, , 2007, p. 247. Jurnal STUDIA QURANIKA 190 Muhammad Ikhsan, Azwar Iskandaryaitu Allah kepada salah satu makhluk-Nya. Ketetapan itu pasti tepat menimpa sang makhluk tersebut, bukan yang Musibah dalam Al-Qur’anDalam penelitian ini, penulis hanya akan memfokuskan penelitian pada kata “musibah” dan semua derivasinya di dalam Al-Qur’an, meskipun terdapat beberapa kata yang juga memiliki kedekatan pengertian dengan kata “musibah”, seperti al-balā’, al-tnah dan al-imtihān. Diharapkan dengan memfokuskan penelitian pada kata musibah, pengertian-pengertian, makna-makna, dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam kata-kata semakna tersebut dapat tercakup meskipun secara global. Kata musibah dengan semua bentuk derivasinya digunakan di dalam Al-Qur’an sebanyak 77 kali. Pemakaian tersebut terdapat dalam 56 ayat di 27 surah. Rincian penggunaannya adalah Dalam bentuk ’il mād}i sebanyak 33 kali. Dalam bentuk ’il mud}āri’ sebanyak 32 kali. Dalam bentuk isim sebanyak 12 kata “musibah”sendiri disebutkan sebanyak 10 kali di dalam Al-Qur’an, yaitu di dalam al-Baqarah [2] 156, Ali Imrân [3] 165, al-Nisâ’ [4] 62, 72, al-Mâ’idah [5] 106, al-Taubah [9] 50, al-Qas}ās} [28] 47, al-Syûrâ [42] 30, al-Hadîd [57] 22, dan al-Tagâbun [64] tentang eksistensi musibah itu sendiri, maka Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa pada dasarnya musibah itu berasal dari ketetapan dan takdir Allah. Di dalam al-Hadîd [57] 22, Allah menjelaskan bahwa musibah bencana yang terjadi di bumi atau menimpa diri seseorang telah dicatat Allah 16 Bandingkan dengan Mardan, Wawasan al-Qur’an Tentang Malapetaka, Tangerang Pustaka Arif, 2009, p. Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an, Mesir al-Maktabah al-Ilmiyyah, 1400 H, p. 527-528. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 191di dalam kitab lauh}un mahfūz} = sebelum musibah itu terjadi. Jadi, sudah lebih dahulu diketahui Allah. TerjemahnyaTiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab lauh}un mahfūz} sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. al-Hadid [57] 2218Adapun dalam al-Tagābun [64] 11, Allah menjelaskan bahwa suatu musibah tidak akan terjadi kecuali dengan izin Allah. Allah swt. perlu mempertegas hal ini agar kemudian menjadi sebuah kesadaran yang terhujam dalam diri setiap manusia. Jika seorang manusia telah memiliki kesadaran tersebut, maka hal itu sangat bermanfaat untuk meredam kesedihannya jika musibah itu menyedihkan, dan meredam kesombongannya jika musibah itu menyenangkan dan membanggakan. Sebagaimana ditegaskan dalam Surah al-Hadid ayat 23, TerjemahnyaAgar engkau tidak merasa putus asa atas apa yang luput dari kalian, dan kalian tidak terlalu gembira dengan karunia yang diberikan pada kamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang angkuh lagi di dalam surah al-Tagābun ayat 11, kesadaran tersebut dikaitkan dengan iman kepada Allah. Hal ini sangat 18 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, Solo Pustaka Tiga Serangkai, 2009, p. Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. 540. Jurnal STUDIA QURANIKA 192 Muhammad Ikhsan, Azwar Iskandarjelas, karena salah satu bagian penting dari iman kepada Allah adalah meyakini bahwa semua peristiwa yang terjadi berada dalam pengaturan dan kekuasaan Allah. Iman yang seperti ini akan mengantarkan seseorang untuk mendapatkan petunjuk dan Musibah dalam Al-Qur’anAl-Qur’an menyebutkan beberapa bentuk musibah yang dapat menimpa manusia. Namun secara umum, musibah dari sisi ini dapat dibagi menjadi dua musibah duniawi dan musibah Musibah kematian TerjemahnyaHai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah wasiat itu disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang untuk bersumpah, lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu, “Demi Allah kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit untuk kepentingan seseorang, walaupun dia karib kerabat, dan tidak pula kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa.” al-Ma’idah [5] 1062020 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 193Musibah kematian adalah musibah yang tak pernah dapat disangka. Karena itu, di dalam ayat ini secara khusus Allah menekankan untuk melakukan tindakan berjaga-jaga sebelum kematian datang dengan tiba-tiba. Yaitu dengan menyiapkan Kedua, Musibah berupa ujian atas keyakinan TerjemahnyaDan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. al-Hajj [22] 1122Ayat ini pada di masa awal Islam terkait dengan fenomena sebagian kaum Arab Badui yang datang ke kota Madinah meninggalkan kampung halaman mereka. Ketika mereka tiba di Madinah lalu mendapati hewan ternak mereka berkembang biak dengan baik, istri mereka melahirkan keturunan yang sehat dan kekayaan mereka bertambah; maka saat itu mereka mengatakan, “Kalau begitu ini adalah agama yang baik.” Mereka pun masuk Islam karenanya. Namun jika yang terjadi kemudian adalah sebaliknya, maka ia akan mengatakan, “Sejak aku memeluk agama ini, aku tidak pernah mendapatkan kebaikan.” Akhirnya mereka pun kembali 540, p. Tahir bin Asyur, al-Tahrir wa al-Tanwir, jilid 3, Maroko Dar al-Garb al-Islami, 1409 H, p. Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. 333. 23 Al-Husain bin Mas’ud al-Bagawi, Ma’alim al-Tanzil, Ed. Muhammad al-Namr jilid 5, Riyad Dar Tayyibah, 1413 H, p. 132. Jurnal STUDIA QURANIKA 194 Muhammad Ikhsan, Azwar IskandarMusibah seperti ini berfungsi untuk menguji seberapa kuat keyakinan seorang muslim terhadap agamanya. Musibah semacam ini akan membedakan antara seorang mukmin sejati dan Musibah berupa h}asanah dan sayyi’ah TerjemahnyaDi mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan, “Ini datangnya dari sisi kamu Muhammad.” Katakanlah, “Semuanya datang dari sisi Allah.” Olehnya, mengapa orang-orang itu orang munak hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun? Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari kesalahan dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. al-Nisa’ [4] 78-7924Musibah itu dapat berupa kebaikan ataupun keburukan. Menurut Ibn al-Jauzi, terdapat tiga pendapat dalam menafsirkan apa yang dimaksud dengan h}asanah kebaikan dan sayyiah keburukan dalam ayat ini Pertama, Bahwa yang 24 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. 333. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 195dimaksud h}asanah adalah kemenangan yang diperoleh kaum muslimin dalam peristiwa perang Badar. Sedangkan sayyi’ah adalah kekalahan yang mereka rasakan dalam peristiwa perang Uhud. Kedua, Bahwa yang dimaksud h}asanah adalah ketaatan, dan sayyi’ah adalah kemaksiatan. Ketiga, Bahwa yang dimaksud h}asanah adalah kenikmatan, dan sayyi’ah adalah kesusahan. Menurutnya, pendapat yang ketiga inilah yang lebih tepat untuk memaknai ayat tersebut, karena cakupannya yang lebih Penulis sependapat dengan hal tersebut, karena menggunakan makna yang lebih bersifat umum akan sejalan dengan semangat universalitas Al-Qur’ lain yang juga ditegaskan melalui ayat ini adalah perbedaan penisbatan asal-muasal musibah yang berupa h}asanah dan sayyi’ah tersebut. Jika musibah itu berupa hasanah, maka itu berasal dari Allah Namun jika ia berupa sayyi’ah, maka itu dianggap berasal dari manusia itu sendiri . Hal ini tentu saja tidak berarti bahwa jika ia berupa sayyi’ah berarti hal itu terlepas dari qad}ā’ dan qadar Allah. Hanya saja sayyi’ah itu terjadi dan menimpa manusia karena adanya hukum sebab-akibat. Penjelasannya adalah karena disebabkan oleh kemaksiatan, kedurhakaan, pelanggaran dan kejahilan manusia itu, Allah kemudian menetapkan terjadinya sayyi’ah dalam kehidupannya. Itu terjadi, bukan pula karena Allah menyukai hal-hal yang sayyi’ah, namun itu terjadi karena Allah menghendaki kebaikan di balik sayyi’ah tersebut. Kebaikan itu bisa saja berupa lahirnya kesadaran dari yang bersangkutan akan kesalahannya, atau kesadaran pihak lain yang menyaksikannya untuk mengambil pelajaran dengan tidak melakukan kesalahan yang sama. Intinya bahwa ketika Allah menakdirkan sebuah sayyi’ah terjadi, maka itu bukan karena Ia menghendaki sayyi’ah itu un sich. Namun karena adanya hikmah di balik sayyi’ah tersebut. 25 Abu al-Faraj ibn al-Jawzi, Zad al-Masir, ed. Zuhair al-Syawis, jilid 2, Beirut al-Maktab al-Islami, 1400 H, Jurnal STUDIA QURANIKA 196 Muhammad Ikhsan, Azwar IskandarKeempat, Musibah penzalimanSalah satu bentuk musibah yang juga disebutkan dalam Al-Qur’an adalah musibah dalam wujud penzaliman. Kita dizalimi, hak kita dirampas, kehormatan kita direndahkan, dan lain sebagainya. Bentuk musibah ini disebutkan oleh Allah dalam surah al-Syura ayat 39, TerjemahnyaDan bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. Dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menaahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan lalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaaan dan berbuat baik maka pahalanya atas tanggungan Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim. al-Syūrā [44] 37-4026Dalam ayat ini, Allah menyebutkan salah satu bentuk musibah al-bagyu sekaligus menggambarkan bagaimana sikap terbaik kaum beriman terhadapnya. Ibnu Kasir menjelaskan bahwa di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa manusia 26 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. 4097. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 197terbaik adalah mereka yang ketika dizalimi dan mereka memiliki kemampuan untuk membalas quwwah al-intisar, namun mereka tidak menggunakannya untuk membalas. Mereka tidak lemah atau tak berdaya. Mereka mampu untuk melakukan hal yang sama, namun mereka menahan diri untuk itu. Seperti ketika Nabi Yusuf as. telah menjadi menteri di Mesir dan semua saudaranya yang dahulu menzaliminya datang menemuinya. Ia mampu untuk membalas perbuatan mereka terhadap dirinya dahulu, namun ia tidak melakukannya. Begitu pula yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dalam beberapa dengan itu, Ibnu Zaid mengatakan, “Allah telah membagi orang beriman itu ada dua 1 orang yang memaaan siapa yang menzaliminya, dan itulah yang diungkapkan di awal oleh Allah Jika mereka marah, mereka memaaan’; dan 2 orang yang ketika dizalimi, mereka membalas namun tidak melampaui batas.”28 Kelima, Musibah dalam wujud rahmat TerjemahnyaDan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; dia berkuasa penuh pergi menuju ke mana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang 27 Abu al-Fida’ Isma’il bin Kasir, Tafsir al-Qur’an al-Azim, jilid 3, Beirut al-Maktabah al-Ilmiyyah, 1406 H0, p. Al-Husain bin Mas’ud al-Bagawi, Ma’alim al-Tanzil, jilid 6, p. 332. Jurnal STUDIA QURANIKA 198 Muhammad Ikhsan, Azwar Iskandarberiman dan selalu bertakwa. Yusuf [12] 56-5729Menurut Ibnu Kasir, dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa ia tidak menyia-nyiakan kesabaran Yusuf as. dalam menghadapi berbagai musibah yang bersifat negatif. Mulai dari tindak aniaya saudara-saudaranya hingga muslihat istri Sang al-Aziz yang menyebabkan ia dipenjara. Kesabarannya atas semua itu berbuah manis dengan diturunannya musibah yang bermakna positif berupa rahmat dan nikmat duniawi yang besar. Yusuf as. kemudian dipercaya menjadi seorang ayat ini, Allah juga mengingatkan bahwa sebesar apapun balasan kesabaran yang diperoleh oleh seorang hamba di dunia ini, namun balasan di akhirat jauh lebih baik. Maknanya adalah bahwa jika kesabaran menghadapi musibah itu tak kunjung berbuah manis di dunia, maka seorang mukmin tidak perlu risau dan putus asa. Karena di akhirat ia akan mendapatkan yang jauh lebih Musibah berupa kehinaan dan siksa yang pedih di sisi Allah TerjemahnyaDan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka 29 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. 24230 Abu al-Fida’ Isma’il bin Kasir, Tafsir al-Qur’an al-Azim, jilid 3, p. 396. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 199tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya. Apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah”. Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya. al-An’ām [6] 123-12431Musibah kehinaan dan siksa yang pedih-sebagaimana digambarkan ayat ini-ditujukan kepada orang-orang kar yang menolak kebenaran, bukan karena mereka berhasil mengalahkan hujjah dan argumentasi kebenaran itu sendiri. Namun tidak lebih karena kedengkian dan rasa gengsi. Diriwayatkan bahwa salah satu asbāb al-Nuzūl ayat ini adalah bahwa al-Walid bin al-Mugīrah pernah mengatakan, “Seharusnya kenabian itu memang benar adanya, maka pasti saya lebih berhak mendapatkannya dibandingkan Muhammad.”32 Jadi sebenarnya orang-orang kar itu merasa gengsi dan pamor mereka lebih memenuhi kriteria untuk mendapatkan karunia nubuwwah dibandingkan Rasulullah Muhammad saw. Al-Razi menyebutkan bahwa salah satu penafsiran “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah” adalah 3331 Abu al-Fida’ Isma’il bin Kasir, Tafsir al-Qur’an al-Azim, jilid 3, p. Muhammad bin Umar Al-Razi, al-Tafsir al-Kabir, jilid 4, Lebanon Dar Ihya al-Turas al-Arabi, 1409 H, p. Muhammad bin Umar Al-Razi, al-Tafsir al-Kabir, p. 465 Jurnal STUDIA QURANIKA 200 Muhammad Ikhsan, Azwar IskandarArtinyaKaum kar itu ingin pula mendapatkan kenabian nubuwwah dan kerasulan risalah, sebagaimana yang didapatkan oleh Muhammad saw. Dan mereka juga ingin menjadi orang-orang yang diikuti, bukan mengikuti. Menjadi orang-orang yang dilayani, bukan itu, Allah membantah keinginan mereka itu dengan menyatakan bahwa Ia lebih mengetahui siapa yang tepat mendapatkan nubuwwah dan risālah itu. Dan masih menurut al-Razi, dalam ayat ini terdapat sebuah catatan yang sangat dalam dari Allah. Yaitu bahwa salah satu syarat utama untuk mendapatkan karunia nubuwwah adalah kebersihan diri dari sifat makar, tipu daya dan Akibat sifat-sifat buruk inilah, maka mereka berhak mendapatkan dua musibah dari Allah kehinaan dan siksa yang Musibah ketakutan, kelaparan, kematian dan semacamnyaHal ini disebutkan Allah dalam rman-Nya TerjemahnyaTidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah pergi berperang dan tidak patut pula bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan 34 Muhammad bin Umar Al-Razi, al-Tafsir al-Kabi, p. 465 Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 201DOI pada jalan Allah. dan tidak pula menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kar, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan di tuliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. al-Taubah [9] 12035Ayat ini secara spesik ditujukan kepada kaum Arab badui yang enggan ikut serta dalam jihad di jalan Allah. Menurut Ibnu Kasir, ayat ini menjelaskan bahwa mereka kehilangan pahala dan balasan dari Allah karena ketidakmauan mereka untuk merasakan ujian dan cobaan berupa rasa lapar, haus dan lelah dalam Padahal tanpa ikut serta dalam jihad pun mereka akan tetap berpeluang untuk mendapatkan musibah seperti itu, meskipun mereka hanya diam di rumah-rumah mereka. Karena hal semacam ini telah menjadi sunnatullah di alam semesta ini. Sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam surah al−Baqarah ayat 155, TerjemahnyaDan pasti akan kami uji kalian dengan sesuatu dari ketakutan, dan kelaparan, dan kekurangan harta dan jiwa dan buah−buahan, dan berilah kabar gembira bagi orang−orang yang sabar. al-Baqarah [2] 1553735 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. Abu al-Fida’ Isma’il bin Kasir, Tafsir al-Qur’an al-Azim, jilid 4, p. Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. 24. Jurnal STUDIA QURANIKA 202 Muhammad Ikhsan, Azwar IskandarAllah akan menguji manusia dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan bahan makanan. Dengan ujian ini kaum muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, umat yang mempunyai keyakinan yang kokoh, jiwa yang tabah, dan tahan ayat ini disebut beberapa contoh bentuk musibah yaitu Rasa ketakutan, termasuk ke dalamnya ketakutan disebabkan permusuhan dan peperangan yang selalu mengancam jiwa, seperti yang dialami umat Islam di Mekkah sebelum hijrah. Kemudian Rasa kelaparan karena kemiskinan, Kekurangan harta, seperti orang Islam yang meninggalkan semua hartanya di Mekkah sehingga sampai di Madinah tidak memiliki harta apa pun. Termasuk ke dalam kekurangan harta ialah kehilangan harta karena bencana, seperti kebakaran, kebanjiran, gempa bumi, kemalingan, dan lain-lain. Kemudian Kehilangan jiwa berupa kematian ayah, ibu, anak, dan orang-orang yang dicintai. Dan Kekurangan buah-buahan, seperti timbulnya hama yang menyerang hasil-hasil pertanian atau kekeringan yang menyebabkan tanam-tanaman menjadi rusak sehingga tidak mendatangkan hasil yang baik. 38Dengan menganalisa semua bentuk musibah tersebut, maka dari sisi dampaknya setidaknya musibah dapat dibagi menjadi dua musibah duniawi dan musibah ukhrawi. Musibah duniawi adalah musibah yang dampaknya hanya terbatas pada kehidupan dunia, seperti kekayaan, kelapangan, kematian, kelaparan, dan segala bentuk kesenangan atau kesulitan hidup lainnya. Sementara musibah ukhrawi adalah musibah yang dampaknya dirasakan hingga akhirat, seperti musibah goyahnya keyakinan dan keimanan seseorang kepada agama yang hak. Orang yang mendapatkan musibah semacam ini akan mendapatkan musibah yang jauh lebih berat di kehidupan Suci Ramadhani, Musibah dalam Perspektif al-Qur’an, hp// 17 Maret 2021. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 203Sikap Manusia Menghadapi MusibahPertama, bersikap sesuai dengan kepentingan diri dan hawa musibah yang menimpa itu berupa kebaikan dan kelapangan, maka ia senang dan gembira. Namun jika tidak menguntungkan, maka mereka pun kecewa dan putus asa. Hal ini sebagaimana dalam rman Allah TerjemahnyaDan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah bahaya disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia pula yang menyempitkan rezeki itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman. al-Rum [30] 36-3739Menurut al-Alusi, kegembiraan sebagian manusia akan kelapangan itu adalah kegembiraan yang membuatnya sombong dan takabur. Menurutnya, kegembiraan semacam ini berbeda dengan kegembiraan orang-orang yang bersyukur. Berdasarkan itu, maka ia membagi kegembiraan itu menjadi dua yang terpuji dan Sikap yang sama juga disebutkan 39 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. Syihab al-Din Mahmud bin Abdillah al-Alusi, Ruh al-Ma’ani Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab’i al-Matsani, jilid 15, Beirut Dar al-Fikr, 1408 H, p. 369. Jurnal STUDIA QURANIKA 204 Muhammad Ikhsan, Azwar Iskandaroleh Allah dalam surah al-Rum ayat 48-49, TerjemahnyaAllah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira. Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. al-Rum [30] 48-4941Bahkan dalam tingkatan yang lebih parah dan tragis dari itu adalah jika musibah keburukan itu menimpa, mereka tidak sekedar berputus asa dan kecewa saja. Namun mereka justru meninggalkan agama Allah, sebagaimana telah dijelaskan dalam bahasan musibah yang berupa ujian terhadap keyakinan dalam surah al-Hajj ayat 11-12. Al-Sa’di menjelaskan bahwa mereka mengira dengan murtad dan keluar dari agama Allah, mereka dapat mengembalikan kenikmatan dunia yang hilang. Namun yang terjadi justru mereka mendapatkan kerugian di dunia dan lain dari tipologi manusia semacam ini adalah ketidakrelaan melihat orang lain mendapatkan hasanah. 41 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. Abd al-Rahman bin Nasir al-Sa’di, Taisir al-Karim al-Rahman, Beirut Mu’assasah al-Risalah, 1410 H, p. 411. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 205Mereka kecewa dan iri jika Allah menganugerahkan kebaikan kepada orang lain. Persis seperti orang-orang kar yang dengki melihat Nabi saw. mendapatkan karunia nubuwwah dan risalah dari Allah. Allah menggambarkan tipologi manusia ini dengan mengatakan TerjemahnyaJika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. Ali Imran [3] 12043Mental semacam inilah yang juga dimiliki oleh orang-orang kar. Mereka kecewa jika melihat kemenangan kaum muslimin, berbondong-bondongnya manusia masuk ke dalam agama Allah, serta membenarkan Rasulullah saw. dan apa yang ia bersikap seperti sikap kaum al-MukhbitunHal ini sebagaimana disebutkan di dalam rman Allah43 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. Muhammad bin Jarir al-Tabari, Jami’ al-Bayan Ta’wil al-Qur’an, jilid 7, Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1410 H, p. 224. Jurnal STUDIA QURANIKA 206 Muhammad Ikhsan, Azwar IskandarTerjemahnya Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan kurban, supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah. Yaitu orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menaahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka. al-Hajj [22] 34-3545Di dalam ayat ini, secara khusus Allah memberikan kabar gembira kepada kaum al-Mukhbitun. Siapa yang dimaksud kaum al-Mukhbitun itu? Al-Sa’di mengatakan terkait penjelasan terhadap ayat ini46ArtinyaAl-mukhbit adalah orang tunduk kepada Tuhannya, berserah diri kepada-Nya dan bersikap rendah hati kepada salah satu sifat al-mukhbit yang disebutkan dalam ayat ini adalah “…orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka…”. Mereka bersabar menerima semua ujian, yang menyenangkan ataupun tidak. Mereka tidak mengeluh, karena selalu menantikan balasan dari Allah direnungkan, maka al-mukhbitūn itulah karakteristik mukmin sejati. Dalam ayat lain, mereka juga disebut sebagai al-s}ābirūn orang-orang yang bersabar. Allah berrman45 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. Abd al-Rahman bin Nasir al-Sa’di, Taisir al-Karim al-Rahman, p. Abd al-Rahman bin Nasir al-Sa’di, Taisir al-Karim al-Rahman, p. 414. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 207 وTerjemahnyaDan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut nya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada musuh. Allah menyukai orang-orang yang sabar. Ali Imran [3] 14648Al-s}ābirūn adalah orang-orang yang ketika mendapatkan musibah dan ujian, mereka tidak serta merta menjadi lemah, lesu dan menyerah terhadap keadaan. Mereka berserah diri kepada Allah dan itu menjadi sumber kekuatan bagi mereka dalam menjalani musibah demi musibah dalam hidup mereka. Dan salah satu bukti penyerahan diri mereka adalah dengan berdoa. Dalam kelanjutan ayat itu dikatakan, TerjemahnyaTidak ada doa mereka selain ucapan “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kar.” Ali Imran [3] 14749Sebab-sebab Terjadinya Musibah dalam Al-Qur’anPertama, Dosa dan kedurhakaan manusia kepada AllahHal ini adalah sebuah fakta kebenaran yang berulang 48 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. 68. Jurnal STUDIA QURANIKA 208 Muhammad Ikhsan, Azwar Iskandarkali diungkapkan di dalam Al-Qur’an. Antara lain dalam surah al-Syura ayat 30 TerjemahnyaDan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaaan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu. al-Syura [42] 3050Ibnu Katsir menjelaskan bahwa apapun musibah buruk yang menimpa, maka itu disebabkan oleh kejahatan, kesalahan dan kedurhakaan yang sebelumnya pernah dilakukan. Namun musibah itu bukanlah sepenuhnya balasan atas kesalahan tersebut. Sebab masih lebih banyak dosa dan kesalahan yang diampunkan oleh Allah. Seandainya semua dosa itu hendak dibalas oleh Allah, maka yang terjadi adalah seperti dalam rman-NyaTerjemahnyaDan andai Allah hendak menghukum manusia atas semua dosa yang mereka kerjakan, niscaya ia tak akan membiarkan satupun hewan melata hidup di atas bumi. QS. Fatir [35] 4551Salah satu bentuk kedurhakaan yang dengan tegas disebut sebagai penyebab musibah adalah mendustakan ayat-ayat Allah. Di dalam surah al-A’raf ayat 100, Allah berrmanTerjemahnyaAndai penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, niscaya akan kami bukakan bagi mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Namun mereka mendustakan ayat-ayat Allah. Maka kami pun 50 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. 440. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 209menghukum mereka akibat apa yang mereka perbuat. al-A’raf [7] 9652Kedua, Menyelisihi perintah Rasulullah umum sebenarnya penyebab kedua ini dapat dimasukkan dalam penyebab pertama. Namun penulis memandang penyebab ini disebutkan secara khusus mengingat hal ini menjadi sebuah fenomena yang cukup mewabah saat ini. Terutama dengan munculnya fenomena penghinaan dan pelecehan terhadap Rasulullah saw beberapa waktu belakangan ini. Dalam kaitannya dengan ini, Allah swt. berrman TerjemahnyaJanganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian yang lain. Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung kepada kawannya, maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. al-Nur [24] 6353Termasuk dalam kategori ini adalah apa yang telah dijelaskan sebelumnya Lihat penjelasan surah al-An’am ayat 124 tentang alasan dan argumentasi penolakan orang-orang kar yang tidak logis dan ilmiah terhadap dakwah Rasulullah saw. Mereka menolak apa yang dibawa oleh Nabi saw. bukan karena mereka memiliki alasan dan argumentasi yang lebih benar. Namun karena kedengkian terhadap Nabi saw. akibat antusiasme umat manusia untuk mengikuti ajaran Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. 359. Jurnal STUDIA QURANIKA 210 Muhammad Ikhsan, Azwar IskandarSolusi Al-Qur’an dalam Menghadapi MusibahPertama, Beristi’anah kepada Allah melalui shalat dan sabar54Untuk menanggung beban musibah dibutuhkan kekuatan yang besar. Kekuatan yang besar itu tidak mungkin diraih kecuali dengan memohon pertolongan kepada Sang Mahakuat. Dan secara khusus, Allah swt. menyebutkan shalat dan sabar sebagai jalan utama untuk memohon pertolongan kepada dalam menghadapi setiap Ta’ala berrman, TerjemahnyaDan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan mengerjakan salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. al-Baqarah [2] 45-4655Karena itu, 2 hal tersebut-sholat dan sabar-diabadikan dalam pesan Luqman al-Hakim sebagaimana disebutkan dalam Surah Luqman ayat 17,TerjemahnyaWahai anakku, tegakkanlah shalat, ajaklah kepada yang ma’ruf, cegahlah yang mungkar, dan bersabarlah atas 54 Fiqh Muwajahah al-Masa’ib, hp// 17 Maret 2021.55 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. 7. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 211apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. Luqman [31] 1756Kedua, Menyandarkan segala yang ada –termasuk diri sendiri-kepada AllahDi dalam surah al-Baqarah ayat 155-157, Allah swt. memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar. Lalu kemudian Allah menjelaskan siapa orang-orang yang bersabar, yaitu mereka yang ketika mendapatkan musibah segera sadar untuk menyandarkan dirinya kepada Allah dengan mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Allah berrmanAyat ini diakhiri dengan janji Allah bahwa mereka yang melakukan hal ini musibah buruknya menjadi rahmat dari Meyakini bahwa ketetapan Allah itulah yang terbaikSeorang mukmin selalu menyakini bahwa semua musibah yang terjadi adalah ketetapan Allah. Dan mereka ikhlas menerima itu, karena Allah adalah Dzat yang menguasai mereka. Tidak hanya itu, dengan keyakinan itu mereka menunggu janji Allah untuk mendapatkan anugrah di dunia atau di akhirat. Allah berrman TerjemahnyaKatakanlah wahai Muhammad “Tidak ada yang menimpa kami kecuali apa yang telah ditetapkan Allah 56 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. 412. Jurnal STUDIA QURANIKA 212 Muhammad Ikhsan, Azwar Iskandaruntuk kami, Dialah Penguasa kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang beriman bertawakal.” Katakanlah wahai Muhammad “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan.” al-Taubah [9] 5057Keempat, Bertaubat dan beramal saleh Salah satu penyebab datang musibah yang buruk adalah dosa dan kedurhakaan pada Allah. Karena itu salah satu cara untuk mengantisipasi musibah tersebut adalah dengan segera bertaubat kepada Allah dan memperbanyak amal saleh. TerjemahnyaOrang-orang yang memenuhi panggilan Allah dan Rasul setelah luka kekalahan yang menimpa mereka. Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. Ali Imran [2] 17258Ayat ini menggambarkan sikap orang-orang yang sepenuhnya berserah diri kepada Allah saat mereka merasakan pahitnya musibah dan ujian kekalahan. Kekalahan itu tidak melemahkan mereka, namun justru memotivasi mereka untuk segera bertaubat kepada Allah, lalu segera melaksanakan kebaikan yang lain. Allah sendiri menjelaskan mengapa mereka harus termotivasi untuk hal tersebut, yaitu tersedianya balasan yang besar dari penjelasan yang telah diuraikan dan dipaparkan 57 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, p. Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah Maknanya, h. 72. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 213tentang musibah dalam perspektif Al-Qur’an, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut. Pertama, musibah di dalam Al-Qur’an dengan semua derivasinya bermuara pada suatu kejadian yang tidak disangka-sangka dan dapat bermakna positif ataupun negatif. Kedua, menurut Al-Qur’an, secara umum sikap manusia dalam menghadapi dan menanggapi musibah yang ditetapkan Allah itu ada dua sikap 1 sikap manusia yang hanya sesuai dengan hawa nafsu dan keinginan pribadinya masing-masing, dan 2 sikap manusia yang terpuji, yaitu al-mukhbitun. Sikap yang terakhir inilah karakterististik mukmin sejati yang mendapatkan kabar gembira dari Allah. Ketiga, solusi menghadapi musibah menurut Al-Qur’an tersimpul pada kesadaran untuk segera kembali kepada Allah. Kembali kepada Allah itu terutama sekali diwujudkan melalui taubat atas semua dosa yang dapat mengundang musibah dan bersegera melakukan amal saleh; berupa salat, sabar dan bersandar sepenuhnya kepada PustakaAbd al-Baqi, Muhammad Fu’ad. 1400 H. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an. Mesir al-Maktabah al- Syihab al-Din Mahmud bin Abdillah. 1408 H. Ruh al-Ma’ani Tafsir Al-Qur’an al-Azim wa al-Sab’i al-Matsani. Beirut Dar Al-Husain bin Mas’ud. 1413 H. Ma’alim al-Tanzil, Ed. Muhammad al-Namr Riyad Dar al-Ragib. Mufradat Gharib Al-Qur’an, Beirut Dar Muhammad bin Ahmad. 1410 H. al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, Cetakan 3. Beirut Dar al-Kutub al- Muslim bin al-Hajjaj. 1415 H. Shahih Muslim, Cetakan 5. Beirut Dar Muhammad bin Umar. 1409 H. al-Tafsir al-Kabir. Lebanon Dar Ihya al-Turas al- Abd al-Rahman bin Nasir. 1410 H. Taisir al-Karim al-Rahman. Beirut Mu’assasah al-Risalah. Jurnal STUDIA QURANIKA 214 Muhammad Ikhsan, Azwar IskandarAl-Syuhud, Ali bin Nayif. 1413 H . Mausu’ah Fiqh al-Ibtila’. Kairo Dar Muhammad bin Jarir. 1410 H. Jami’ al-Bayan Ta’wil Al-Qur’an, Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. Al-Zabidi, Muhammad bin Muhammad. 1409 H . Taj al-Arus min Jawahir al-Qamus, Cetakan 3. Dar Ihya’ al-Turas al- Lia, and Muhammad Alif. “Musibah dalam Perspektif Hadis.” Holistic Al-Hadis 5, no. 2 2019 Candra. “Musibah Di Era Modern Dalam Perspektif Pemikiran Quraish Shihab.” Yonetim Jurnal Manajemen Dakwah 1, no. 1 2018 Agama Republik Indonesia. 2009. Al-Qur’an dan Terjemah Maknanya. Solo Pustaka Tiga Pendidikan Nasional RI. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan 10. Jakarta, Balai Muwajahah al-Masa’ib, hp// 17 Maret 2021.Ibn Asyur, Tahir. 1409 H. al-Tahrir wa al-Tanwir. Maroko Dar al-Garb al-Jawzi, Abu al-Faraj. 1400 H. Zad al-Masir, ed. Zuhair al-Syawis. Beirut al-Maktab Kasir, Abu al-Fida’ Isma’il. 1406 H. Tafsir Al-Qur’an al-Azim. Beirut al-Maktabah al- Manzur, Muhammad bin Mukram. 1408 H . Lisan al-Arab, Cetakan 2. Beirut, Dar 2009. Wawasan Al-Qur’an Tentang Malapetaka. Tangerang Pustaka Raudatul ulum, “Agama di Tengah Musibah” Harmoni, Vol 19, No. 1, Abdul Rahman. “Musibah dalam Perspektif Alquran Studi Analisis Tafsir Tematik.” Journal Analytica Islamica 1, no. 1 2012 Ramadhani, Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an, hp// 17 Maret 2021. Vol. 6, No. 2, Januari 2022Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an 215Sunarsa, Sasa,”Tinjauan Hukum Islam terhadap Musibah Pandemi Covid-19 dan Implikasinya pada sikap Umat dalam Menghadapi Wabah Covid-19” Mutawasith Jurnal Hukum Islam, Vol. 4. No. 01, 2021 M. Quraisy. 2007. Tafsir al-Misbah, Cetakan 2. Jakarta Lentera Hati. Muhammad Arman Al JufriAssumptions regarding the Covid-19 pandemic as a disaster in a negative interpretation have become a phenomenon in people's lives. Misguided assumptions about the spread of the Covid-19 Pandemic cannot be fully justified. This article examined the meaning of calamities and pandemics, especially the reading of maqāṣidĭ on disaster verses in the Al-Qur'an. This research utilized a qualitative approach with a literature review method. The material objects in this study include verses related to calamities in the Al-Qur'an. While the formal object includes the maqāṣidĭ interpretation approach of Abdul Mustaqim. The three points outlined include disaster theology in the Qur'an through reading maqāṣidĭ interpretations, classification of disasters and the Covid-19 pandemic, and the relationship between the Covid-19 pandemic and disaster in two tendencies of meaning. The results of this study indicated that the calamity referred to in the Qur'an is everything that befalls humans which happens by His will. The classification of disasters in the Covid-19 pandemic is both a blessing and a misfortune. Through ḥifz adjustments, the disaster meaning against the Covid-19 pandemic includes not only negative meanings, but also positive AwaliahPembahasan musibah tidak lepas dari bencana, pembahasan musibah terdapat pada Alquran dan Hadis, musibah yang terjadi sering dikaitkan karena adanya sebab akibat dari ulah manusia itu sendiri, dari pernyataan tersebut masyarakat mengira bahwa bencana yang sering terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh azab yang diturunkan oleh Allah SWT untuk menegur manusia. bencana atau musibah terjadi bukan hanya karena ulah tangan manusia, melainkan ada faktor alam dan takdir yang menyebabkan adanya bencana yang menimpa manusia di muka bumi. Tetapi meskipun begitu manusia harus tetap menjaga lingkungan agar dapat meminimalisir bencana yang sewaktu-waktu terjadi tanpa bisa diprediksi oleh tekhnologi. Adapun sikap yang harus manusia ambil dalam menghadapi bencana yaitu, seperti ridha dan ikhlas terhadap segala ketetapan yang telah Allah SWT turunkan kepada manusia, mencari pelajaran atau hikmah atas bencana yang menimpa manusia, baik karena faktor alam atau karena ulah tangan manusia. Selain itu, manusia harus memiliki sikap empati terhadap muslim lainnya dan mendoakan yang terbaik atas takdir yang diberikan Allah SWT kepada manusia, karena sesama muslim adalah SunarsaThis paper aims to examine the Covid-19 outbreak from the perspective of the Koran based on Ibn Kathir's interpretation of the QS. al-Hadid 22-23. The research approach used is qualitative with library research method. The results of the study show that Ibn Kathir when interpreting the QS. al-Hadid 22-23 explains that disasters basically happen by the will of Allah SWT. and its occurrence was determined even before the creation of the universe. A correct understanding of the meaning of disaster can make it easier for humans to be patient, which can be used as an effective approach in strengthening mental resilience and making a person strong and resilient in the face of the Covid-19 outbreak. In addition, the commentary of Ibn Kathir can be applied in dealing with the Covid-19 outbreak, this Covid-19 disaster is God's destiny, and God's destiny must be good, and sunnah-kauniyah apply. Trying not to clash between aqidah and sharia, when there are differences regarding the implementation of worship in mosques in the midst of the Covid-19 Syihab al-Din Mahmud bin 'Abdillah. 1408 H. Ruh al-Ma'ani fi Tafsir Al-Qur'an al-'Azim wa al-Sab'i al-Matsani. Beirut Dar Di Era Modern Dalam Perspektif Pemikiran Quraish ShihabCandra DarmawanDarmawan, Candra. "Musibah Di Era Modern Dalam Perspektif Pemikiran Quraish Shihab." Yonetim Jurnal Manajemen Dakwah 1, no. 1 2018 dan Terjemah Maknanya. Solo Pustaka Tiga SerangkaDepartemen Agama Republik IndonesiaDepartemen Agama Republik Indonesia. 2009. Al-Qur'an dan Terjemah Maknanya. Solo Pustaka Tiga Besar Bahasa Indonesia, Cetakan 10R I Departemen Pendidikan NasionalDepartemen Pendidikan Nasional RI. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan 10. Jakarta, Balai Pustaka. Fiqh Muwajahah al-Masa'ib, 17 Maret 2021.Abu al-Fida' Isma'il. 1406 H. Tafsir Al-Qur'an al-Azim. Beirut al-Maktabah alIbn KasirIbn Kasir, Abu al-Fida' Isma'il. 1406 H. Tafsir Al-Qur'an al-Azim. Beirut al-Maktabah al-' bin Mukram. 1408 H . Lisan al-'Arab, Cetakan 2Ibn ManzurIbn Manzur, Muhammad bin Mukram. 1408 H. Lisan al-'Arab, Cetakan 2. Beirut, Dar Al-Qur'an Tentang MalapetakaMardanMardan. 2009. Wawasan Al-Qur'an Tentang Malapetaka. Tangerang Pustaka RuksinUlumRuksin, Raudatul ulum, "Agama di Tengah Musibah" Harmoni, Vol 19, No. 1, 2020.
Orangberiman selalu mendapat ujian Allah Apakah kamu pernah mengalami jelaskan!. Yup!benar sekali saya pernah mengalami cobaan dari allah swt dan cobaan yang diberikan kepada ku menurut saya setimpal dengan apa yang akubuat,dan saya itu selalu mengambil pemikiran bahwa apabila saya mendapatkan cobaan itu sam halnya jika saya membayar dosaku sama halnya jika kita sakit yang dimana
Berbicara tentang kehidupan, pastilah akan selalu ada permasalahan di setiap waktunya. Entah pekerjaan, keluarga ataupun percintaan. Namun setiap permasalahan pastilah ada solusinya, karena begitulah cara hidup mendewasakan sebuah permasalahan terkadang bisa kita dapatkan di mana saja, termasuk melalui hadis Rasulullah. Hadis merupakan kumpulan perkataan, perbuatan dan tingkah laku nabi Muhammad SAW. Hadis sendiri merupakan petunjuk hidup kedua setelah Al-Qur'an, sehingga terdapat banyak nila-nilai kehidupan yang bisa menjadi Permasalahan yang menimpa adalah bukti kasih sayang Allah kepadamuunsplash/Ethan Sykes“Tidaklah seorang muslim tertimpa kecelakaan, kemiskinan, kegundahan, kesedihan, kesakitan maupun keduka-citaan bahkan tertusuk duri sekalipun, niscaya Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan apa yang menimpanya itu.” HR. BukhariSetiap dari kita pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa, baik sadar maupun tanpa disadari. Dan tahukah kamu jika pada hakikatnya, sebuah masalah dihadirkan oleh Allah kepada kita sebagai jalan menghapus dosa-dosa apapun masalah yang diturunkan, pastilah hal itu berbuah kebaikan bagi diri kita Ikhlas dan sabar, kunci permasalahan hidup yang mengantarkan ke Nabi SAW., beliau bersabda Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman "Hai anak Adam, jika kamu bersabar dan ikhlas saat tertimpa musibah, maka Aku tidak akan meridhai bagimu sebuah pahala kecuali surga." HR. Ibnu MajahSabar dan ikhlas kadang tidaklah sesederhana perkataannya. Bahkan ikhlas dan sabar saat dihadapkan dengan sebuah permasalahan sangatlah berat. Namun Allah pun memahami hal tersebut. Karenanya, pahala yang disediakan bagi mereka yang bisa sabar dan ikhlas tidaklah main-main, melainkan surga. Baca Juga 8 Kutipan Tegas Najwa Shihab yang Bikin Melek Millennial 3. Ujian adalah cara Allah menjadikan kita manusia lebih baik lagiunsplash/Bill “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik maka ditimpakan musibah ujian kepadanya.” HR. BukhariLayaknya pelaut yang tangguh tidak terbentuk dari ombak yang tenang, maka setiap ujian yang diberikan Allah kepadamu pada dasarnya adalah untuk meneguhkanmu menjadi sosok manusia yang nikmatilah setiap ujian yang sedang kamu hadapi saat ini karena itulah jalan untuk menguatkan dirimu lebih baik Ujian yang kamu hadapi hanyalah sementaraunsplash/Chris AltamiranoTidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musyafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat lalu musyafir tersebut pergi meninggalkannya.” HR. TirmidziInilah perumpamaan hidup yang diibaratkan Rasulallah. Hal ini mengandung makna jika setiap hal yang kita rasakan saat ini baik kebahagiaan, kesedihan maupun kekecewaan pada hakikatnya besifat ada saatnya semua permasalahan hidup kita berakhir, namun yang terpenting adalah tak pernah putus asa dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup terhadap sesama adalah kebaikan yang akan abadiunsplash/ Matt CollamerBarang siapa yang meringankan kesulitan seorang mukmin dari kesulitan dunia, maka Allah akan meringankan kesulitannya dari kesulitan di hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan orang yang tertimpa kesulitan, maka Allah akan memudahkan kepadanya di dunia & akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia & akirat. Allah akan membantu hamba-Nya selagi hamba tersebut membantu saudaranya. HR. MuslimSetiap orang pasti memiliki masalah hidupnya masing-masing. Namun bukan berarti kita harus berpangku tangan dengan permasalahan yang dihadapi orang lain. Justru ada sebuah keajaiban saat kita bersedia membantu orang lain meskipun kita sedang berada dalam hanya kebahagiaan dunia yang akan kita dapatkan saat mampu meringankan beban orang lain, namun juga kebahagiaan kekal saat kita di hari akhirat lima kutipan hadis yang bisa menjadi inspirasi kamu yang sedang menghadapi beban hidup saat ini. Semoga bisa meringankan ya. Baca Juga 5 Kutipan Tokoh Harry Potter yang Akan Menyihir Semangatmu IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Ln6saR.